Mengenaskan! Seorang bocah berusia 8 tahun ditemukan tewas tergantung di pagar rumah seorang warga di RT 08/01 Kelurahan Jakasampurna, Sabtu (19/6) pukul 04.30 WIB. Lebih miris, bocah itu adalah warga setempat bernama Arion Abro Oktavian Sirait yang baru berusia 9 tahun.
Arion adalah putra Rohanti Tamba, yang tinggal 200 meter dari lokasi ditemukan mayat bocah tersebut. Ayahnya, Arion Sirait, sudah meninggal dunia.
Setelah diperiksa secara singkat, kondisi mayat Arion cukup memilukan. Dari hidungnya keluar darah, yang saat ditemukan telah mengering, sementara di lengannya banyak goresan-goresan, dan duburnya luka. Oleh karena itu polisi menduga Arion tewas karena dibunuh, dan yang diduga sebagai pelakunya adalah Zainal, putra Abdurahman.
Menurut Rommel Tamba, paman Arion, siswa kelas 3 SD Sriwedari itu tak pulang ke rumah sejak Jumat (18/6) pukul 19.00 WIB. Keluarga hanya mengetahui pada Jumat petang itu Arion bertandang ke rumah Zainal, karena disuruh ibunya menagih utang. Selain itu dia juga dijanjikan diberi burung oleh Zainal.
Zainal yang dikenal warga sebagai waria diduga menjadi pelaku pembunuhan sadis tersebut. Pun begitu, Zainal membantah dia membunuh Arion Abro Oktavian Sirait. Katanya kepada polisi, setelah diberi uang Rp 400.000 Arion langsung pergi.
"Setelah saya bayar Rp 400.000 dia langsung pergi," kata Zainal kepada polisi.
Arion memang datang ke rumah Zainal, yang berjarak 200 meter dari rumahnya, karena disuruh ibunya menagih pembayaran utang Zainal. Informasi yang diperoleh di lokasi kejadian, Jalan Nurul Imana RT 08/01, Kelurahan Jakasampurna, Bekasi, Zainal berutang jutaan rupiah kepada Rohanti Tamba, ibu Arion. Pembayaran dilakukan secara mencicil.
Mayat Arion ditemukan tergantung di sisi luar pagar rumah orangtua Zainal, di Jalan Nurul Iman. Tubuh tak bernyawa Arion digantung dengan cara menyangkutkan kaos merah yang dikenakan korban ke ujung pagar, yang mirip tombak itu.
Tudingan langsung ditujukan kepada Zainal, sebagai orang yang pertama kali melihat Arion dalam keadaan hidup. Apalagi mayat Arion ditemukan di pagar rumahnya, dan warga tak melihat ada orang datang dan pergi dari tengah malam sampai pagi. "Soalnya pukul 03.00 di sini masih ramai karena orang-orang nonton bola," kata Jamil (31), warga yang tinggal di depan rumah Abdurahman.
Arion adalah putra Rohanti Tamba, yang tinggal 200 meter dari lokasi ditemukan mayat bocah tersebut. Ayahnya, Arion Sirait, sudah meninggal dunia.
Setelah diperiksa secara singkat, kondisi mayat Arion cukup memilukan. Dari hidungnya keluar darah, yang saat ditemukan telah mengering, sementara di lengannya banyak goresan-goresan, dan duburnya luka. Oleh karena itu polisi menduga Arion tewas karena dibunuh, dan yang diduga sebagai pelakunya adalah Zainal, putra Abdurahman.
Menurut Rommel Tamba, paman Arion, siswa kelas 3 SD Sriwedari itu tak pulang ke rumah sejak Jumat (18/6) pukul 19.00 WIB. Keluarga hanya mengetahui pada Jumat petang itu Arion bertandang ke rumah Zainal, karena disuruh ibunya menagih utang. Selain itu dia juga dijanjikan diberi burung oleh Zainal.
Zainal yang dikenal warga sebagai waria diduga menjadi pelaku pembunuhan sadis tersebut. Pun begitu, Zainal membantah dia membunuh Arion Abro Oktavian Sirait. Katanya kepada polisi, setelah diberi uang Rp 400.000 Arion langsung pergi.
"Setelah saya bayar Rp 400.000 dia langsung pergi," kata Zainal kepada polisi.
Arion memang datang ke rumah Zainal, yang berjarak 200 meter dari rumahnya, karena disuruh ibunya menagih pembayaran utang Zainal. Informasi yang diperoleh di lokasi kejadian, Jalan Nurul Imana RT 08/01, Kelurahan Jakasampurna, Bekasi, Zainal berutang jutaan rupiah kepada Rohanti Tamba, ibu Arion. Pembayaran dilakukan secara mencicil.
Mayat Arion ditemukan tergantung di sisi luar pagar rumah orangtua Zainal, di Jalan Nurul Iman. Tubuh tak bernyawa Arion digantung dengan cara menyangkutkan kaos merah yang dikenakan korban ke ujung pagar, yang mirip tombak itu.
Tudingan langsung ditujukan kepada Zainal, sebagai orang yang pertama kali melihat Arion dalam keadaan hidup. Apalagi mayat Arion ditemukan di pagar rumahnya, dan warga tak melihat ada orang datang dan pergi dari tengah malam sampai pagi. "Soalnya pukul 03.00 di sini masih ramai karena orang-orang nonton bola," kata Jamil (31), warga yang tinggal di depan rumah Abdurahman.